Nina bisa merasakan sedikit lebih santai, sore itu. Tumben sekali pekerjaan kantor hari itu membuatnya tidak sesibuk biasanya. Untuk mengusir rasa kantuk yang mulai menyerangnya, Nina kembali membuka folder “spirit of life” favoritnya yang sudah lama tidak ia baca. Nina terlihat mulai sibuk memilih judul-judul kisah/cerita yang dirasa menarik untuk dibaca. Folder favoritnya itu memang berisi kumpulan-kumpulan kisah pencerahan yang didapatnya dari berbagai sumber, termasuk kiriman dari beberapa teman dan dari seseorang yang istimewa baginya. Kisah/cerita-cerita itu sengaja dikumpulkannya, dengan harapan setelah membacanya, bisa membuatnya termotivasi dan terinspirasi kembali, atau setidaknya ia jadi merasa “being reenergized” dan memperoleh semangat hidup kembali saat pikiran dan hatinya mulai terasa lelah dan jenuh.
Sebuah judul cerita mulai menarik perhatiannya lagi. Cerita yang entah sudah berapa kali ia baca. Cerita yang ia dapatkan dari seseorang yang pernah singgah dan menempati tempat istimewa dihatinya. Nina mulai membaca kalimat awal yang menjadi prolog dari cerita tsb...
“Jika kau menginginkan cinta dari seseorang, tunjukkan cintamu..
Cinta tidak membutuhkan keraguan, Tunjukkan saja...!!”
Saat Nina mulai berkonsentrasi untuk membaca, dering sms dari ponselnya sedikit mengganggu konsentrasi yang baru saja dibangunnya. Dengan mata yang masih tertuju pada baris-baris kalimat di layar monitor, Nina meraih ponsel yang diletakkan tidak jauh dari jangkauannya.. 1 new message.. kemudian mulai membuka dan membacanya..
Hi, Nina...pa kabar?
Begitulah pesan singkat yang baru saja masuk ke ponsel Nina. Pesan yang tidak terlalu istimewa buatnya,...”Ah, pasti pengirimnya lagi iseng”, begitu pikirnya.. seolah tak peduli. Tapi... beberapa detik kemudian tiba-tiba jantung Nina berdetak 2 kali lebih kencang dari biasanya, setelah membaca siapa pengirim pesan singkat itu...
Fr : Aditya
Adit...Aditya??!! Oh..God, is it really him? Dengan sedikit rasa tidak percaya, Nina membaca sekali lagi nama yang sudah tidak asing lagi buatnya. Nama yang pernah menempati tempat istimewa di hatinya bahkan sampai saat dia menerima pesan singkat ini, belum ada nama lain yang bisa menggantikannya. Nama yang sudah sejak setahun lalu berusaha untuk dia kubur dalam-dalam tapi belum juga berhasil. “Ya Tuhan, mimpi apa aku semalem?!” gumamnya pelan sambil mencoba mengingat-ingat apa mimpinya semalam. Seingatnya...dia memang tidak mimpi apa-apa semalam...tapi kenapa pesan singkat itu tiba-tiba muncul tanpa pernah ia kira sebelumnya? Dan yang lebih membuatnya terkejut, pesan singkat yang baru saja diterimanya datang bersamaan dengan dia membaca cerita yang tak lain adalah cerita yang dulu pernah dikirimkan Adit untuknya via email.
Entah kenapa pesan yang hanya “say hi..” itu telah membuatnya susah untuk menata detak jantungnya supaya bisa kembali berdetak normal. Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiran Nina sebelumnya kalau pesan singkat dari Adit akan muncul lagi di ponselnya
Nina masih terpaku menatap pesan singkat itu, seolah tak percaya kalau Adit masih mengingatnya. Entah apa yang akan ia lakukan dengan pesan singkat itu, batinnya mulai bergolak antara membalas pesan itu atau tak memperdulikannya. Di satu sisi, ingin sekali ia membalas pesan singkat itu, karena, jujur, Nina memang masih terus berharap suatu saat Adit akan menghubunginya kembali dan menjawab keresahannya dan semua tanya yang selama ini terus memenuhi benaknya. Tapi disisi lain, batinnya menentang untuk membalas pesan singkat itu ketika ingat kekecewaannya saat dulu tiba-tiba Adit menghilang bagai di telan bumi... He just walked away ...gone with the wind....meninggalkannya begitu saja tanpa pernah memberinya kesempatan, sekalipun itu kesempatan untuk tau apa alasan Adit meninggalkannya.
Selama beberapa menit batin Nina dipenuhi dengan pertentangan antara ya dan tidak. Tapi tidak lama kemudian jari-jarinya terlihat mulai menekan-nekan keypad di ponselnya. Nina mulai membalas pesan singkat dari Adit. Nina memang tidak bisa membohongi perasaannya sendiri bahwa kabar dari Adit inilah yang sudah ditunggunya sejak setahun yang lalu.
Nina bae...Dit... (balas Nina sedikit berbohong tentang perasaannya yg sebenarnya)
Kamu sendiri pa kabar Dit?
Ga nyangka ternyata kamu masih ingat sama nina..
Begitulah, balasan pesan singkat Nina yang akhirnya berlanjut ke suatu perbincangan panjang dengan Adit. Perbincangan yang sudah lama dinantikannya. Hari ini adalah tepat 1 tahun Adit kembali muncul dalam kehidupannya. Sesuatu yang tidak pernah Nina sangka sebelumnya.
Nina ingat betul, pertemuan terakhirnya dengan Adit, memang sempat membuat Adit merasa kesal sekali dengannya. Tetapi Nina tidak menyangka pertemuannya dengan Adit saat itu akan benar-benar menjadi pertemuan terakhirnya. Ini diluar kebiasaan Adit sebelumnya, sekesal bagaimanapun Adit padanya, Adit tidak pernah sampai tak mempedulikannya hingga begitu lama. Tidak seperti harapan Nina sebelumnya bahwa kekesalan Adit padanya akan segera lenyap setelah Nina mencoba untuk mengajak Adit berbicara dari hati ke hati. Tapi, jangankan untuk bisa mengajak Adit bicara, sms dan telpon darinya tidak ada satupun yang diresponnya. Termasuk sms tentang permintaan maaf Nina pada Adit. Entah apa yang terjadi pada Adit? Sampai suatu hari Adit meneleponnya, dan mengungkapkan tentang kekesalannya beberapa hari yang lalu padanya. Sekesal itukah Adit padanya? Nina tidak menyangka kalau persoalan yang menurutnya bisa diselesaikan dan bukan sesuatu yang prinsip sampai bisa membuat Adit begitu kesal padanya. Ada perasaan sedih, kecewa dan bingung yang menyelimuti hati Nina..dengan perubahan yang terjadi pada Adit.
Sejak pertemuan dan telefon “terakhir”nya, Adit sudah tidak pernah muncul lagi dalam kehidupannya, jangankan ketemu, suara Adit yang biasanya didengarnya bak minum obat 3 x sehari lewat ponselnya pun sudah tidak pernah lagi memanjakan kupingnya. Di luar harapannya pula, setelah hari itu Adit jadi benar-benar sulit untuk dihubungi. Dan ini juga merupakan rasa tersulit dalam hidup Nina..setidaknya begitulah yang dirasakannya. Nina tidak tau apa yang harus dilakukannya untuk bisa menanyakan apa yang sedang terjadi atau sekedar menanyakan kabar Adit. Nina tidak pernah berhasil menemukan suatu perbincangan dengan Adit yang bisa menjawab keresahannya. Dari perbincangan terakhir Adit dengannya, apakah Adit ingin menyampaikan bahwa dia sudah tidak berarti lagi baginya... tidak bisa lagi menjadi motivasi dan inspirasi bagi hidupnya? Pernyataan-pernyataan yang tersirat dari perbincangan terakhir menjadi pertanyaan yang tak terjawab bagi Nina dan ini sangat mengganggu pikirannya. Tapi Nina yakin..Adit pasti punya suatu alasan tertentu yang tidak ingin dikatakan padanya, alasan kenapa dia meninggalkannya.
Dan sekarang, setelah 1 tahun berlalu, setelah Nina tidak bisa lagi menemukan jejak Adit, Adit tiba-tiba muncul lagi dalam kehidupannya. Dari nada suara Adit, Nina seperti bisa merasakan beban yang sedang ditanggungnya. Apa sebenarnya yang terjadi pada Adit? Tidak lagi didengarnya nada kesal seperti yang terakhir dulu ia dengar. Semua keresahan dan semua tanya yang ada di benak Nina satu tahun belakangan ini akhirnya terjawab juga. Jawaban yang langsung keluar dari mulut Adit, yang menyiratkan suatu penyesalan yang amat sangat.
“Maaf, Nin...kalau aku sudah melukai hatimu, membuat kamu bingung, gelisah, sedih, kecewa dan marah... Tapi aku juga tidak punya pilihan, Nin!!”
Ternyata kekesalan Adit padanya dulu itu hanya dipakai sebagai alasan agar ia membenci dirinya dan dia bisa pergi meninggalkannya. Karena tanpa ada kesempatan untuk bisa memilih, dengan terpaksa Adit harus mengikuti keinginan ibunya yang sedang sakit keras, untuk mau menikah dengan wanita pilihannya. Nina hanya bisa terdiam dan terpaku mendengar cerita Adit. Ia berusaha untuk bisa mengerti dan memahami apa yang dialami Adit. Perasaan kecewa pada Adit sudah pasti ada dalam dirinya, tapi Nina tidak tau apakah dia harus marah atau benci pada Adit? Mata Nina mulai berkaca-kaca dan airmata sudah mulai membasahi pipinya. Biarpun Nina kecewa pada Adit, tapi ternyata dia memang tidak bisa membencinya. Mungkin memang inilah akhir dari cerita cintanya dengan Adit..akhir dari penantian panjangnya selama ini. Meskipun Nina pernah merasa bahwa Adit adalah soulmate-nya dan berharap, bersama Aditlah dia nanti akan menjalani hari-hari indahnya ke depan..tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Nina sadar, ia juga tidak bisa menyalahkan Adit, karena itu memang bukan kemauan Adit. Mungkin memang harus begitulah jalan hidup Adit...juga jalan hidupnya.
Hidup memang tidak bisa seperti cerita dalam sinetron, akhir cerita bisa dengan gampang dibelokkan atau diubah skenarionya agar bisa menjadi happy ending, untuk membuat lega para penontonnya. Sekarang Adit sudah mempunyai kehidupan sendiri...dan Nina juga harus bisa berjiwa besar untuk mengiklaskan Adit menjadi milik orang lain. Ada saatnya mungkin kita harus melepaskan orang yang kita cintai, bukan karena orang tersebut berhenti mencintai kita, melainkan mungkin kita bisa mendapati dia akan lebih bahagia kalau kita melepasnya. Terimakasih Dit, sudah pernah menjadi bagian dalam hidupku dan memberi warna di hari-hariku dulu, juga untuk semua rasa yang pernah kau beri. Semoga kamu hidup bahagia dengan wanita yang sekarang menjadi pendampingmu, begitulah sebentuk doa Nina untuk Adit...tulus.
Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita. Jika kita kehilangan cinta, pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti dan dipahami, namun kita harus tetap percaya, bahwa ketika Tuhan mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Continue reading..