Di antara para pengguna jalan itu, kulihat seorang bapak tua, yang dengan susah payah berusaha mendorong becaknya yang sarat dengan barang belanjaan dan dagangan, terjepit diantara para pengendara motor dan terlihat dikalahkan oleh para pengguna jalan yang lain. Seakan-akan mereka tidak memberikan kesempatan pada becak tersebut

Aku jadi membandingkan diriku dengan bapak tua, penarik becak itu. Aku tidak harus bekerja sampai “kepanasan” dan “kehujanan”, tetapi bisa bekerja di dalam ruangan yang ber-AC dan terhindar dari terik matahari serta hujan. Aku juga tidak harus sampai menguras tenaga, seperti bapak tua tsb untuk bisa mendapatkan upah kerja, tetapi cukup duduk di belakang meja dan bekerja dengan nyaman. Sejenak aku tersadar...tetapi mengapa kadang-kadang aku masih suka mengeluh dalam bekerja, entah itu mengeluh masalah pekerjaan yg banyaklah, teman kerja yang tidak kooperatiflah, ruangan kerja yang panaslah, gaji yang masih merasa kuranglah, apalagi kalau uang gaji sudah mulai menipis..kadang-kadang ada perasaan malas bekerjalah (hehehe...) dan lain sebagainya. Padahal jika dibandingkan dengan bapak tua penarik becak tersebut, aku jauh lebih beruntung dan sudah seharusnya aku lebih bersyukur. Bapak tua itu sudah menyadarkanku.

Tanpa terasa, ternyata bus yang kutumpangi..perlahan tapi pasti.. sudah bergerak melewati perlintasan kereta api. Dan kulihat bapak tua penarik becak itu, akhirnya juga sudah mulai berhasil “meloloskan diri” dari “jepitan” para pengendara motor...dengan sekuat tenaga mendorong becaknya melewati perlintasan kereta api...dan mulai mengayuh becaknya perlahan-lahan karena saratnyanya muatan. Kulihat paras bapak itu menunjukkan kelegaan. Aah...aku jadi ikut lega melihat bapak tua itu bisa terbebas dari kemacetan.
Oooppss..tiba-tiba aku tersadar..kulirik lagi jam di pergelangan tanganku...jam masuk kantor tinggal beberapa menit lagi. Sudah pasti terlambat nih..pikirku. Tapi entah kenapa, tidak seperti biasanya.. perasaan gelisah dan was-was karena takut terlambat yang biasanya muncul saat aku berangkat agak kesiangan dan terjebak macet, tidak aku rasakan pagi itu. Aku merasa tidak peduli, seolah tidak terpikirkan apakah nantinya aku akan terlambat atau tidak. Mungkin karena dari tadi benakku dipenuhi oleh bapak tua penarik becak dan semangat kerja kerasnya itu..sehingga membuatku lupa kalau aku sedang dalam perjalanan berangkat ke kantor dan jam masuk kantor tinggal beberapa menit lagi. Kalau nantinya aku harus mendapat SP karena keterlambatanku masuk kantor....ya sudah diterima saja, mau bagaimana lagi..begitu pikirku. Tapi setidaknya pagi itu aku mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga dari seorang bapak tua penarik becak, tentang semangat hidup dan kerja keras ...tanpa mengeluh.
Akhirnya bus yang kutumpangi sudah berhenti di depan kantorku. Begitu turun dari bus, aku langsung berlari secepat kilat untuk bisa “mengejar” mesin absensi supaya jangan sampai mati terlebih dahulu sebelum aku tiba didepannya untuk absen. Untunglah aku masih diperbolehkan masuk, karena ternyata bukan aku saja yang terlambat, banyak teman-teman sekantorku yang juga terlambat karena terjebak macet di perlintasan kereta api tadi. Hmm...dapet dispensasi rupanya...!! Oh...Thanks God...!! Terimakasih juga Tuhan, untuk pelajaran hidup yang aku dapatkan pagi itu dari seorang tukang becak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar